This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 6 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 20 Maret 2012

FESTIVAL TEATER MAHASISWA NASIONAL KE-VI DI SURABAYA

SEKILAS FESTIVAL TEATER MAHASISWA NASIONAL KE-VI SURABAYA
FESTAMASIO VI SURABAYA “Teater Mahasiswane Rembug, Masyarakate guyub!!”

A.Tujuan FESTAMASIO VI Surabaya
a. Meningkatkan Kualitas Proses Penciptaan Karya Teater Kampus Nasional
b. Memperluas Jaringan dan Informasi antar Teater Kampus Nasional
c. Meningkatkan Motivasi Teater Kampus Nasional Dalam Berkarya
d. Menunjukan Eksistensi Teater Kampus Nasional Kepada Masyarakat
e. Menjaga Kelestarian Budaya Lokal Melalui Teater
f. Melanjutkan FESTAMASIO V Palembang

B.Panitia Pelaksana FESTAMASIO VI Surabaya
Panitia Festival Teater Mahasiswa Nasional ke VI diSurabaya (FESTAMASIO VI SURABAYA) ini adalah seluruh Anggota UKM Teater Tiyang Alit ITS dibawah binaan Wakil Rektor 1 ITS SURABAYA

C. Peserta FESTAMASIO VI Surabaya
Peserta FESTAMASIO VI Surabaya adalah Komunitas Teater kampus yang berada di wilayah Indonesia yang dibagi menjadi dua peserta yaitu :
Peserta Lomba :
Adalah Komunitas teater kampus yang telah lolos pada tahapan kurasi yang dinilai oleh curator dan berhak menampilkan pementasan dan mengikuti rangkaian acara lainnya pada FESTAMASIO VI Surabaya.dari seluruh pendaftar akan diambil 20 gruf untuk menampilkan pementasan,dengan masing-masing komunitas terdiri dari 15 orang
Peserta Non Lomba (Peserta Delegasi):
Adalah Komunitas teater kampus diwilayah Indonesia yang tidak lolos kurasi ataupun yang tidak mengikuti kurasi. Peserta ini tidak berhak menampilkan pementasan tetapi dapat mengikuti rangkaian acara lainnya pada FESTAMASIO VI Surabaya. Peserta delegasi hanya dapat mengirimkan maksimal 6 orang perwakilan dari masing-masing komunitasnya.

D.Kegiatan FESTAMASIO VI Surabaya
1. Identitas Kegiatan
1.1 Nama Kegiatan
Festival Teater Mahasiswa Nasional Ke VI diSurabaya disingkat FESTAMASIO VI Surabaya
1.2 Tema Kegiatan
Teater sebagai Ekspresi Masyarakat Dalam Menjaga Kearifan Budaya Lokal
1.3 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan FESTAMASIO VI Surabaya ini direncanakan dilaksanakan pada awal Tahun 2013

2. Jenis Kegiatan
2.1 Penyeleksian Peserta
Penyeleksian peserta adalah proses kurasi karya pertunjukkan grup-grup teater kampus se-Indonesia melalui video pertunjukkan dan dipilih 20 karya pertunjukkan terbaik yang akan ditampilkan dalam ajang FESTAMASIO VI Surabaya.

2.2 Sayembara Naskah
Sayembara Naskah Drama peserta adalah penilaian terhadap Naskah Drama calon peserta yang akan dibawakan dalam ajang Festamasio VI dan akan dipilih 20 kategori Naskah Drama Terbaik

2.3 Pementasan 20 grup Teater hasil Kurasi
Pementasan 20 grup teater adalah pementasan hasil dari kurasi video pertunjukan dan akan ditampilkan lima pementasan setiap harinya, dari 20 Pementasan ini akan dinilai dan dipilih 9 kategori terbaik yaitu : Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Aktris Terbaik, Tata Musik Terbaik, Tata Set Terbaik, Tata Cahaya Terbaik,make up dan Kostum terbaik, Penulis Naskah Terbaik, Grup Terbaik

2.4 Karnaval Budaya
Karnaval Budaya adalah pawai keliling kampus ITS yang diikuti oleh peserta dan panitia dengan memakai pakaian adat dari daerah asalnya masing-masing.karnaval ini juga akan disertai iring-iringan dari komunitas sepeda ontel,komunitas delman.

2.5 Welcome Party dan Pembukaan
Festamasio VI 2013 akan dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dan akan dihadiri oleh seluruh peserta Festamasio VI, teaterawan, budayawan, seniman, pejabat terkait, para donatur, sponsor, pengamat, wartawan dan undangan

2.6 Technical Meeting
TM Merupakan sebagai pembahasan segala teknis pelaksanaan FESTAMASIO VI dan ketentuan serangkaian agenda dengan segala prosedural yang telah dibuat panitia kepada peserta.
Dalam technical Meeting akan dibahas mengenai :
a. Mendiskusikan dan share dari segala bentuk teknis kegiatan FESTAMASIO VI
b. Memberikan perangkat-perangkat (buku petunjuk,co-card) peserta dalam
mengikuti kegiatan
c. Pengundian nomor urut pertunjukkan peserta
d. Pembahasan mengenai pemanggungan (setting dan pembongkaran sett serta
pendurasian)

2.7 Workshop Teater
Workshop teater akan diselenggarakan berupa sharing proses, yaitu sharing perihal metode pendekatan latihan yang digunakan oleh masing-masing sutradara dalam pembuatan karyanya dan ada juga worshop mengenai keaktoran, make up dan kostum,serta Gestur Kontemporer

2.8 Bakti Sosial
Bakti social dilakukan oleh peserta beserta panitia dengan mendatangi tempat yang telah ditentukan. Dalam kegiatan ini akan diisi belajar bareng dengan anak anak serta mengenalkan mereka dengan kesenian.

2.9 Rembug FESTAMASIO
Rembug FESTAMASIO Nasional merupakan diskusi terbuka antar anggota grup teater kampus se-Indonesia perihal FESTAMASIO VI dan rekomendasi-rekomendasi untuk Festamasio selanjutnya.

2.10 Cangkruk On The Road
Cangkruk on the road merupakan acara silaturahmi budaya dengan mengunjungi seniman daerah Surabaya. Dalam kegiatan ini akan dikenalkan tentang kesenian asli Surabaya dan diskusi mengenai kesenian Surabaya tersebut.

2.11 Mlaku-Mlaku
Mlaku- mlaku merupakan kegiatan jalan-jalan didaerah Surabaya dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah serta icon Surabaya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan Surabaya serta mengenalkan tempat-tempat bersejarah yang ada di Surabaya.

2.12Malam Anugrah FESTAMASIO VI SURABAYA
Malam Anugerah adalah Acara penutup pada Festamasi VI Surabaya, Pada Acara Malam Anugrah ini akan dibacakan Pengumuman Nominasi-Nominasi hasil dari pementasan.

2.13Pasar Seni FESTAMASIO
Pasar Seni merupakan sebuah kegiatan yang difungsikan sebagai tempat berjualan makanan tradisional dan pernak pernik khas Surabaya dan Jawa Timur. Disini para pengunjung akan merasakan suasana yang kental dengan unsur budaya Surabaya dan Jawa Timur.
FESTAMASIO VI Surabaya akan dilaksanakan pada tanggal 8 - 14 Februari 2013. Dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut : 1. Pendaftaran dibuka pada Tanggal 2 Juli 2012 Sampai Tanggal 16 September 2012 2. Kurasi /seleksi dilakukan pada Tanggal 22 September 2012 sampai Tanggal 22 Oktober 2012 3. Pengumuman hasil kurasi Tanggal 26 Oktober 2012 4. Pawai Budaya Lokal Jum’at 8 Februari 2013 5. Pembukaan FESTAMASIO VI Surabaya 8 Februari 2013 6. Pementasan 20 Komunitas Teater Hasil Kurasi Sabtu-Selasa 9-12 Februari 2013 7. Workshop Rabu 13 Februari 2013 8. Bakti Sosial Rabu 13 Februari 2013 9. Rembug FESTAMASIO Rabu 13 Februari 2013 10. Cangkruk Nang Embong Kamis14 Februari 2013 11. Mlaku-Mlaku Kamis14 Februari 2013 12. Malam Anugrah FESTAMASIO VI Surabaya Kamis14 Februari 2013 13. Pasar Seni FESTAMASIO VI Surabaya 9-12 Februari 2013 Info lanjut di www.festamasio6.blogspot.com
CONTACT PERSON FESTAMASIO VI SURABAYA :
Ceking 085643552665
Tile 085645701395
Katak 085730810336

Sumber : http://festamasio6.blogspot.com/

Kamis, 15 Maret 2012

KETIKA TEATER DITERTAWAI TELEVISI

Oleh ; Riyadhus Shalihin
Eskperimentasi kondisi manusia indonesia di alam entertain, telah mengalami tahap penghiburan yang merangsek dan melibas semua lini kebudayaan. Manusia Indonesia hari ini memasung limpahan nurtur kontemplatifnya dengan segala persoalan senda gurau dan juga gelak tawa. Usaha pemasungan ini kemudian masuk menerobos dalam ruang-ruang seni pertunjukan menuju narasi publik yang berjejaring luas.

Hari ini kita patut miris dengan lahirnya berbagai acara televisi, publik luas membutuhkan aktualisasi entertain secara lebih vital, melebihi kondisi primal teologisnya. Ada reposisi realitas ketika sinetron tidak lagi dapat memuaskan hasrat para masyarakat untuk mempersoalkan spekulasi tebak dramatik, ataupun acara-acara yang berbau seks sudah tidak lagi menjadi top rating, berita – berita artis dengan gosip-gosipnya sudah tidak begitu memanas, dan program artis-artis karbitan yang bermunculan dari berbagai media internet tidak lagi menjaring greget yang pedas dari masyarakat luas, lalu apa lagi objek yang akan digali oleh industri pertelevisian Indonesia.



TEATER DENGAN KEMASAN BERBEDA

Kreasi itu kemudian menjelma dalam program terbaru salah satu televisi swasta Indonesia, yang merupakan salah satu stasiun televisi dengan rating tinggi dan audiens remaja terbanyak . Mereka menghadirkan 2 buah program terbarunya yang bermaksud untuk memodifikasi seni teater ke dalam sebuah layar hibur, dengan tagline utama acara “Kini hadir teater dengan sentuhan berbeda, yang pasti membuat anda tertawa“ maka kita telah mendapatkan sebuah kesimpulan secara general bahwasanya dahulu teater adalah kondisi klasik sebuah seni yang tua, asing, kumuh dan tidak mempunyai nilai jual untuk dikomersialisasi melalui nilai-nilai nominal perniagaan, dan lembaga televisi datang sebagai “hero“ yang menyelamatkan teater dalam kondisi tuna modalnya untuk direvitalisasi, diberi bumbu penyegar sana-sini, menjadi sebuah tayangan pengocok perut yang siap membuat anda terpingkal-pingkal di depan layar televisi. Dengan acak usahawan televisi membawa kondisi hakikat seni pertunjukan teater yang hadir di dalam kondisi neumenon panggung menjadi tayangan luas di dalam layar eksebisi.

Ada keserampangan yang terjadi dalam meja sirkulasi perusahaan ketika melihat teater sebagai mangsa empuk untuk membongkar hakikat kejenuhan televisi, setelah renovasi dan daur ulang program maka kini giliran teater yang mendapat kehormatan untuk dijadikan “Sang Bintang“ baru dalam jagat euphoria selebratif, di sana teater segera terakomodir menjadi ujaran-ujaran banyol yang penuh daya tarik komedi, menggerus seluruh aura komikal dan juga dramatik pentas menjadi sang “badut“ baru. Ada pula acara yang memakai essensi pemakaian ucap olah dialog sebagai nama acaranya, lalu di sana hadir laku-laku pemeranan yang meniru-niru gestikulasi serta mimik para bintang-bintang komedi. Seperti misalnya salah satu peserta yang maju ke depan lalu disuruh untuk menirukan ekspresi seorang bintang lawak, dan itu adalah dinamakan segmen “meniru tokoh“, dalam beberapa detik laku duplikasi psikis “keaktoran“ mereka ejawantahkan demi menghasilkan respon tawa dari para penonton yang hadir. Tentu sirkulasi uang yang bermain di sana memberikan efek yang sangat kuat agar para “aktor teater “ dalam acara tersebut mampu semaksimal mungkin membuat para hadirin yang hadir terpuaskan, pembebasan hasrat saling menghina yang kemudian raib dan hilang sesaat itu juga, tanpa impresi, tanpa pesan, hanya tawa.

Segmen meniru tokoh dalam hitungan detik merobohkan nilai-nilai kodrati dalam laku pemeranan teater yang sesungguhnya. Proses keaktoran teater membutuhkan sistematika yang sangat panjang dan juga kultur penghayatan tokoh dalam suasana kultus lenyap dan hilang hanya dengan satu acara televisi. Usaha-usaha pemuliaan seni acting yang dilakukan oleh aktor-aktor teater yang terkadang membutuhkan sedikitnya 3 bulan untuk menjadi dan mewadag dalam sebuah pemeranan dilibas dalam hitungan detik, siap untuk menggedor hasrat spontanitas tertawa anda, tertawa pada televisi, menertawai teater.

USAHA PANJANG YANG TERPUTUS

Ada usaha-usaha meniru pemahaman pertunjukan drama yang diletupi dengan aura-aura showbiz, atau show business. bagaimana kondisi pemakaian naskah/lakon yang merupakan salah satu perangkat teater mereka jadikan duplikasi televisual, kondisi-kondisi set drama realis mereka hadirkan dengan cabik-cabik slapstick yang dilapisi dengan ekspresi komikal juga improvisatoris. Maka hadirlah sebuah teater baru, sebuah masterpiece seni yang melenyapkan semua narasi panjang pergumulan konsepsi teater, yang mengganti semua piranti mazhab-mazhab teater ke dalam remeh-temeh acara yang berseliwer berlalu, lenyap sesaat.

Teater sendiri sebelumnya pernah terputus dalam usaha pemaknaannya kepada publik, ketika ditunggangi oleh oknum jurnalis yang dengan ketidakpahamannya menyimpulkan segala bentuk demonstrasi dengan spektakel “seram, hitam, berlumpur-lumpur“ adalah sebuah bentuk teatrikalisasi demo, ataupun hadirnya para bocah-bocah di jalan yang meminta uang sembari melumuri badannya dengan cat dianggap pula sebagai sebuah kesenian teater, akhirnya dengan usaha kuratif segigih mungkin para seniman teater berusaha mengembalikan hakiki teater ke dalam kondisi ontologisnya. Namun pembiasan pemahaman ini tidak bisa lagi diproteksi oleh para penggiat teater secara prosesial, apabila media televisi telah berinisiatif untuk menyatakan kondisi “teater“ versi mereka, televisi absah sebagai juru bicara teater di sini, merekalah publik relasi teater abad baru yang memperkenalkan teater dari ujung aceh hingga pelosok papua.

Usaha Alm.Suyatna Anirun dengan Studi Klub Teaternya yang telah membangun suprajaringan teater selama berpuluh tahun demi mengakrabkan masyarakat dengan teater kini punah dan lumer, teater akan dikategorisasi secara remeh sebagai selebrasi acting yang dapat mudah dilakukan semua orang untuk menghibur massa, mencari uang juga berlenggak-lenggok demi mendapatkan ketenaran paras dalam usaha percantikan tubuhnya di depan layar.

Perlu diberi apresiasi bahwa hari ini lahir begitu banyak seniman teater yang semakin sadar teks, mereka memperpanjang teater dengan sarana bahasa, filsafat juga budaya sebagai ornamentasi teater agar semakin optimal secara lingustik, visual bahkan lintas media. Namun apa mesti dikata, inilah kondisi aktual teater hari ini yang berkembang di benak massa, apa yang mesti dilakukan oleh panggung dengan prosesi estetik berbulan-bulannya menghadapI pemeranan selama 5 detik yang disebarluaskan secara serentak di televisi, apa yang ditawarkan teater menghadapi narasi besar industri.

Kiranya ini hanyalah gambaran luas bagaimana kehadiran televisi yang tidak kita sadari, tak tanggung-tanggung telah merangsek dan melucuti riwayat teater secara tiba-tiba. Lalu apakah masih teater akan bersikap steril dengan segala lalu lintas narasi virtual di sekitarnya, karena ternyata lambat laun berdiam, logos teater perlahan-lahan terebut, bermula dari sisi artifisial maju perlahan menggerogoti menuju sisi fundamennya.

* Mahasiswa Teater, Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung.
Sumber : http://mediateater.com/ketika-teater-ditafsir-televisi/

Senin, 05 Maret 2012

Bentara Pustaka: JURU TEMBANG DALAM NOVEL THE SINDEN

Halimah Munawir
Tidak sedikit karya fiksi Indonesia yang menghadirkan tokoh perempuan yang hidup di dalam kungkungan tradisi tertentu, berikut problematiknya terkait budaya patriarki yang dirasa tidak adil. Sebut saja sosok Nyai Ontosoroh dalam tetralogi Pramoedya Ananta Toer, kisah penari dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Sukreni Gadis Bali dari Panji Tisna, hingga pengarang-pengarang era kini semisal Saman dari Ayu Utami.

Pustaka Bentara kali ini mencoba membahas tentang novel The Sinden karya Halimah Munawir yang juga bercerita tentang Waranggana, sosok gadis juru tembang yang mumpuni. Si tokoh utama ini mengalami kehidupan yang terbilang tragis, di mana kepiawiannya menembang dan kecantikannya justru mengundang aneka peristiwa yang tak terduga, antara hendak dijadikan tumbal sebuah jembatan dan incaran sebagai istri kesekian dari para lelaki hidung belang.

Selain akan menguraikan kekuatan literer novel ini (diterbitkan Gramedia Pustaka Utama) dibahas pula perihal keberadaan perempuan dalam perspektif sastra dan kenyataan sosial selama ini. Sebagai pembicara tampil Halimah Munawir dan I Made Sujaya.


Halimah Munawir lahir di Cirebon, 18 Januari 1964. Sejak SMA aktif menulis dan kemudian terjun ke jurnalistik sambil menimba ilmu di Filsafat Driyarkara. Sejak menikah dan sampai anak kedua berusia 5 tahun, ia aktif di Harian Indonesia. Semasa mahasiswa tergabung dalam Kelompok Studi Proklamasi yang kerap mengadakan diskusi dan menerbitkan buku-buku perihal agama dan masalah-masalah pembangunan. Tahun 1988, bersama suami, Munawir Anwar, meluncurkan buku Success Story Nilasari dan menerbitkan buku Fotobiografi Mbok Berek (2006). The Sinden adalah novelnya yang pertama, diselesaikan serta diterbitkan tahun 2011.

I Made Sujaya mengajar di Fakultas Sastra Universitas Udayana dan IKIP PGRI Bali. Bekerja pula sebagai jurnalis di Harian Denpost. Pengamat sosial budaya dan kesenian Bali ini telah menerbitkan berbagai buku, antara lain Kuta Berdaya, Perkawinan Terlarang, Sepotong Nurani Kuta, dan sebagainya.

Sabtu, 03 Maret 2012

Menulis Tanpa Pretensi Sebagai Terapi

Menulis Tanpa Pretensi Sebagai Terapi
oleh : Ine Febriyanti
Untuk kali pertama, pelaku seni peran Ine Febriyanti, menerbitkan tulisannya dalam sebuah buku. Ine tak sedang menjajal profesi baru sebagai penulis buku, apalagi beralih dari pilihan profesinya kini sebagai sutradara, penulis naskah film, dan pemain teater. Ia tergerak untuk menjadi bagian dari tujuh perempuan urban, yang mengekspresikan pemikiran, perasaan, juga pengalaman melalui tulisan dan buku.

Buku berjudul 7 Perempuan Urban Sebuah Catatan diterbitkan secara mandiri oleh komunitas dan penerbit Perempuan Bukan Penyair. Nama Ine tercantum di dalamnya, sebagai penulis, bersama enam perempuan urban lainnya dari berbagai latar belakang profesi. Satu tulisan Ine berjudul Misteri Panggung, di buku ini, merupakan perwujudan energi yang menggumpal dalam dirinya, selepas ia menuntaskan pementasan ulang monolog Surti pada Oktober 2011.

"Menulis itu terapi. Biasanya saya menulis jika sedang gelisah, marah, saat emosi tidak seimbang. Tulisan ini saya buat ketika saya akhirnya tampil di panggung teater setelah tujuh tahun vakum. Setelah menjalani proses persiapan pentas selama tiga bulan, lalu tampil dua hari, setelahnya saya merasa gelisah, masih banyak energi yang menggumpal dalam diri. Setelah menuliskannya, saya merasa lebih plong," tutur Ine kepada Kompas Female di sela peluncuran buku 7 Perempuan Urban Sebuah Catatan di Tjikini Cafe, Jakarta, Rabu (15/2/2012) lalu.

Ine memang terbiasa menulis sejak belia. Ia selalu menulis dengan tangan menggunakan kertas dan pena, mengenai apa saja yang membuatnya gelisah. Tulisannya lebih kepada pengalaman personal yang tak pernah terpikirkan olehnya untuk diterbitkan. Tapi sekali ini, Ine merasa tergerak menjadi bagian dari tujuh perempuan urban, demi mendorong perempuan lainnya untuk menulis saling memberikan inspirasi. Inspirasi bahwa perempuan juga punya ruang untuk menulis dan menerbitkan tulisannya melalui buku.

"Saya punya banyak tulisan seperti ini, tapi tidak untuk dipublikasikan," ungkap Ine yang tak lantas berpikir untuk menjadi penulis buku. "Saya bukan penulis buku, dan sebenarnya saya agak malu menerbitkan tulisan yang sangat personal ini. Saya merasa lebih baik menulis skenario. Namun, semangat teman-teman untuk menerbitkan buku mendorong saya melakukannya. Kita memang perlu mencari ruang apa yang tepat untuk menumpahkan energi. Menulis salah satunya," jelas Ine.

Seperti enam perempuan penulis lainnya, Ine menulis tanpa pretensi. "Tulisan saya lebih kepada kontemplasi, saya seperti bicara pada diri sendiri, tanpa pretensi apa pun," jelasnya. Meski begitu, nyatanya pilihan kata-kata Ine, memberikan inspirasi bagi orang lain dan ia pun mendapatkan apresiasi atasnya. Ia pun menemukan, apa pun yang Anda tuliskan boleh jadi orang lain akan merasakan hal yang sama. Pada akhirnya, apa yang Anda tuliskan menjadi inspirasi atau bahkan membuat orang lain berkontemplasi bersama tulisan Anda.

Beberapa kalimat dalam tulisan Ine yang mendapatkan apresiasi dan bisa menjadi inspirasi di antaranya: Dan ternyata kita membutuhkan "sinting" untuk dapat melakukan lompatan-lompatan kehidupan; Aku dilarang besar kepala. Besar kepala adalah jalan tercepat untuk menjadi bodoh dan tumpul. Tapi mungkinkah itu bagian dari sebuah pencapaian? Pujian, pujian? Kuharap tidak.

Tulisan tanpa pretensi dihasilkan Ine dari pengalaman pribadinya. Berasal dari konflik dalam dirinya, atas keputusannya kembali tampil di panggung teater setelah tujuh tahun tak bersentuhan dengan dunia teater. Tak mudah baginya melakukan monolog selama 1,5 jam, seorang diri memerankan 10 karakter. Namun inilah tantangan yang diambil seorang perempuan urban, untuk memberanikan diri kembali melakukan hal yang memang disukainya.

"Butuh keberanian lebih bagi ibu beranak tiga yang sudah lama tak tampil di panggung teater. Ada keraguan pada awalnya, namun karena rindu panggung, saya melakukannya," tutur Ine yang menceritakan (dalam bukunya) bagaimana ia menikmati misteri di panggung teater di pementasan monolog yang berujung pada kesuksesan, termasuk apresiasi positif dari penikmat seni teater.

Ine memang tak meninggalkan pesan apa pun melalui tulisannya. Namun melalui satu tulisan yang dibukukan bersama tulisan perempuan lainnya, Ine menjadi bagian dari perempuan urban dengan berbagai kisah dan pengalaman. Anda bisa menemukan sendiri berbagai pesan dan makan mendalam yang tersirat dalam tulisan tujuh perempuan ini.